Sabtu, 11 Juli 2015

'Love' Part 5

Akbar berjalan menyusuri dinding batu merah yang kokoh yang membentuk ruangan-ruangan berhiaskan selendang berwarna-warni yang mewah, dimana di dalamnya tinggal wanita-wanita Istana.
Memasuki Harem adalah hal yang menyesakkan bagi Akbar, bagaimana tidak, ketika memasuki bangunan yang dindingnya di hiasi ornamen piringan cantik, dengan bau parfum harum yang menyengat hidung, dan suara musik yang senantiasa terdengar, juga cekikikan pelayan wanita yang berlalu lalang membuat Akbar sedikit muak, Akbar memiliki banyak wanita sebagai hadiah dari berbagai negeri yang telah Ia menangkan dalam medan peperangan, juga ribuan pelayan yang telah siap untuk mengabdi dan melayani dirinya, Namun tak satu wanita pun yang pernah Ia sentuh, Para wanita yang telah tinggal di Harem di berikan tempat yang terhormat di Istana ini, dan di berikan fasilitas mewah Istana, Namun jangan berharap Akbar akan mendatanginya untuk bersenang-senang dalam hubungan secara fisik,

Ibunya Malika Hamidah yang dalam Istana Agra ini biasa di panggil Mariam Makani yang mengurus segala aktifitas yang ada di Harem. dan kini Akbar menuju Harem untuk menemui Ibunya, ada hal penting yang harus Ia bicarakan dengan Ibunya.

"Assalamualaikum Ibu,,, " Akbar sampai di sebuah ruangan besar nan megah tempat di mana Ibunya tinggal dengan semua keluarga Akbar yang perempuan, ada Bibi Gulbadan, Bibi Angga, Bibi Salima, yang mereka adalah adik dari Ayahnya, Juga ada Bakshi Bano Beghum yang merupahkan adik perempuan satu-satunya Akbar.

"Waalaikumsalam anakku,,, ada apa gerangan sepagi ini kau mengunjungiku di Harem ini? " Mariam Makani mencium dahi Akbar setelah Akbar mencium kedua tangan Ibunya dengan hormat.

"Bagaimana kabarmu Ibu? apakah kau sehat? " Tanya Akbar penuh perhatian.

"Aku baik-baik saja anakku,,, apakah ada yang ingin kau sampaikan? "

"Iya Ibu, ada yang ingin aku sampaikan,,, " Akbar duduk di samping Ibunya di kursi yang terdapat hiasan ukiran jati yang Indah dengan bantalan berwarna merah bata, Warna kesukaan Ibunya,,, " Ibu, aku pernah bernadzar ketika aku berada di daerah Cendi untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan yang terjadi di sana, aku bernadzar,,, kalau aku menyelesaikannya dengan baik, aku akan pergi untuk melaksanakan Ibadah Umroh ke tanah suci, aku kesini untuk meminta restumu Ibu,,, " Ujar Akbar.

"Oooh benarkah Anakku,,, dengan siapa kau akan pergi kesana? "

"Aku akan pergi secara rahasia Ibu, aku akan menyamar menjadi penduduk biasa, lagi pula sudah lama aku tak melakukan hobiku yang satu ini,,, aku pergi bersama Atgah Khan " Akbar tampak bersemangat menyampaikan keinginan nya,,,

" Ibu kira sepulangnya kau dari Cendi selama lima bulan ini, kau akan menikah anakku,,," Ibunya menatap Akbar manja, Akbar hanya tersenyum

"Allah pasti akan mempertemukan jodohku di waktu yang tepat Bu,,, Berdoalah selalu untukku Bu,,, Dan Semoga aku menemukan jodohku ketika berada di Tanah suci, Bagaimana? " Akbar tersenyum mengerling Ibunya.

"Ibu tak pernah putus mendoakanmu Anakku, pilihlah salah satu gadis yang kemarin hadir dalam pesta penyambutanmu,, semuanya cantik-cantik, Kau membutuhkan seorang pendamping untuk menemani tugasmu,, dia bukan saja sebagai istrimu, tapi dia juga akan menjadi Ratu Hindustan menemani Ibumu yang sudah tua ini "

"Aku yang membutuhkan pendamping, atau Ibu yang menginginkan teman ketika aku tak ada di Istana ini? hah? " Akbar berkelit menggoda Ibunya, Ibunya tersenyum lebar.

"Yaaa, aku pun ingin segera melihat menantu perempuanku Akbar, dan aku ingin segera memiliki cucu "

"Yaaa,,, baiklaaah Ibu,, doakan aku selalu, semoga setelah kepulanganku aku segera bertemu dengan gadis yang dapat menggenggam hatiku,,, dan hatimu tentu nya " Akbar mencium pipi Ibunya dan memeluknya,,,

Malika Hamidah hanya tersenyum,,, " Kapan kau akan berangkat menuju Tanah suci? "

"Dua minggu lagi Bu, aku tengah menyiapkan segala sesuatunya,dan menyelesaikan beberapa tugas yang harus aku selesaikan sebelum nanti keberangkatanku,,, Aku pergi hanya dengan Atgah Khan, sedangkan Mansingh dan Fazal khan aku tugaskan untuk menjaga Istana ini, dan juga menemani Ibu "

"Aaaah,,, Ibu akan sangat merindukanmu nak " Malika Hamidah memeluk Akbar erat, dan memberinya restu dengan mencium ujung kepalanya " hati-hati di jalan, jangan lupa selalu berdoa memohon perlindungan Allah,,, "

"Amiiiin,,,, terimakasih banyak bu, aku permisi dulu "

Istana Fatekhpur Sikri

"Aku hanya pergi dengan Maryam,,, aku akan berangkat dua hari setelah keberangkatan keluarga Istana,,, " Ujar Sultan Azzam dengan nada yang tegas dan dingin.

"Ka,,, mengapa? bukankah sebaiknya kita berangkat bersama-sama? kasihan Maryam, mungkin dia juga ingin bersama-sama dengan saudara-saudaranya yang perempuan, dengan sepupunya, yang seusianya Ka,,, sadarkah kau,,, di usianya yangg sudah beranjak dewasa, Maryam hampir tak pernah berhubungan dengan gadis-gadis seusianya,,, dia selalu berada di sisimu" Bibi Nur mencoba membujuk kakaknya Sultan Azzam

"Tidak, aku tak ingin bertemu dengan siapapun, aku hanya akan berangkat dengan Maryam,,, dan Maryam akan selalu berada di sisiku,,,selalu!! "

Bibi Nur tak dapat berbuat apa-apa, kakaknya Sultan azzam tak dapat di rubah setiap kali Beliau membuat keputusan,,, Apalagi semenjak kepergian Ibunda Maryam, Sultan Azzam sulit untuk di berikan pengertian.

"Baiklah Ka,,, tapi, perjalanan ke Mekkah bukanlah perjalanan yang dekat dan mudah, membutuhkan waktu dua bulan perjalanan laut dan darat, Todarmal dan para pengawal Istana tetap akan bersamamu,,, dan aku pun ikut dalam rombonganmu "  Jawab Bibi Nur pada akhirnya

" Tidak,,, Nur kau ikutlah bersama Rombongan Istana,,, " Sultan Azzam tak sependapat dengan adiknya Bibi Nur.

"Tidak Ka, aku merasa kasihan dengan Maryam, aku akan menemaninya, dia hanya sendiri nantinya,,," Jawab Bibi Nur

"Maryam bersamaku, dan itu sudah cukup"

"Tidak, aku kasihan padanya, aku tetap akan ikut serta dalam rombonganmu " kali ini Bibi Nur bersungguh-sungguh dengan ucapannya, Ia tak perduli kekerasan hati kakaknya Sultan azzam, Ia hanya ingin menemani Maryam.

Dan Sultan Azzam terdiam menanggapi adiknya Bibi Nur berlalu setelah bersikeras untuk berangkat bersama dengan mereka.

~~~~~~~~000~~~~~~~

Malam yang pekat dan angin yang memburu tak menghalau niat Sultan Azzam untuk berangkat menuju Mekkah, dimana Ia dan Putri tercintanya sudah bersiap-siap untuk berangkat,,,

Keluarga Istana sudah terlebih dahulu pergi, sekitar satu minggu yang lalu, sedangkan Sultan Azzam berangkat terpisah dengan rombongan keluarga istana,,,

Maryam sudah duduk di dalam tandu, menggunakan kain saree hitam yang menutupi seluruh permukaan kulit tubuhnya, tak ada hiasan batu ataupun bordiran cantik berwarna-warni menghiasi saree nya,,, karna berjalan di udara yang dingin di malam hari, Maryam menutupi sebagian wajahnya dengan kerudung bercadar  yg sama berwarna hitam,,, yang tampak hanyalah dua bola matanya yg memancar tajam namun teduh, kedua matanya berhiaskan eyeliner berwarna hitam dengan bulatan berwarna hijau toska menambah kemisteriusan diri maryam,,, walau yg tampak hanya sepasang bola matanya, tapi disanalah pesona Maryam tampak.

Bibi Nur ikut serta dalam rombongan,  tandu Bibi Nur berada di samping tandu Maryam, Bibi Nur tampak sudah siap duduk di dalam tandunya.

Sedangkan Sultan Azzam menaiki kuda hitamnya di depan di dampingi oleh pelayan setianya Todarmal, serta beberapa prajurit dan pelayan mengiringi perjalanan mereka.

Rombongan itu berjalan lambat menerobos kegelapan malam, melewati hutan dan perkampungan sunyi yang pada mereka akan menggunakan perjalanan laut, menaiki kapal besar layaknya kapal pesiar yang menampung banyak para pedagang yg berasal dari berbagai daerah melewati Samudra Hindia dan Laut Arab.

Dua hari dalam perjalanan, setelah melewati hutan yang menyeramkan, rombongan itu berhenti untuk beristirahat di dekat sungai yang di aliri oleh air bening dan di tumbuhi bermacam-macam buah-buahan.

Maryam menyembulkan kepalanya, menyingkapkan tirai dari atas tandunya, Ia tersenyum, Ia teramat mengenal tempat ini, Ayahnya sering mengajaknya kesini hanya untuk bermalam di tenda dan menghangatkan tubuh di dekat perapian api unggun, suasana sunyi sungguh menetramkan jiwa Maryam, biasanya Maryam dengan sabar dan penuh antusias akan mendengarkan cerita Ayahnya tentang Ibunya, dulu Ayah dan Ibunya sering bermalam disini, sambil berburu yang merupahkan hobi ayah dan ibunya, menurut cerita dari Ayahnya, Ibunya akan memasakkan menu istimewa untuk mereka santap berdua di bawah sinar rembulan, ribuan kali cerita keromantisan orangtuanya itu keluar dari mulut Ayahnya, Maryam sangat menyukainya, namun setelah selesai bercerita, mendung hitam segera menghiasi wajah Sultan Azzam, dan Maryam akan berusaha semampunya untuk menghapus mendung itu sedikit demi sedikit, Maryam akan memasak makanan yang biasanya Ibunda nya suguhkan untuk ayahnya itu, sesaat Ayahnya nampak senang dengan suguhan Maryam, namun hanya sesaat,,, kembali mata Ayahnya sendu, berkabut, dan Maryam tak dapat berbuat apa-apa, hanya terdiam sedih menatap Ayahnya.

Begitulah episode hidup Maryam bersama Ayah tercinta nya, Maryam tumbuh dengan segala kasih sayang dan cinta dari Ayahnya, namun lantas Maryam di tinggalkan sendiri begitu saja mengemasi harinya dengan kesunyian, Ayahnya lebih banyak terdiam dalam kesedihannya, mengingat sosok Ibunda Maryam, "Fatimah Beghum" cinta sejatinya, Maryam tak pernah barang satu menit pun di izinkan meninggalkan Istana timur dimana Ayahnya tinggal,

Seharusnya, Maryam tinggal di sudut Istana Harem, dimana seluruh saudara perempuan nya tinggal disana, kakak Maryam yang beda Ibu dan sepupu nya yang perempuan,,, namun Sultan Azzam membawa Maryam dalam dunia kesedihannya, menyepi, mengasingkan diri, bahkan sejak kematian Fatimah beghum, Ibunda Maryam, kedua Istri Sultan Azzam pun tak pernah di temuinya lagi, dan Sultan Azzam menolak untuk bertemu, mereka tetap tinggal di Istana Harem dan menikmati segala fasilitas dari keluarga kerajaan, namun mereka tak pernah bertemu dengan Sultan Azzam karna Sultan Azzam manolaknya, ahirnya mereka tetap hidup di Istana di bawah perlindungan Sultan Syihab Adik dari Sultan Azzam yang kini menjalankan pemerintahan di Istana.

Maryam hanya di temani oleh para pelayan wanita, dan Bibi Nur yang hampir setiap hari mengunjungi Istana timur, ataupun Aisya Beghum adik sepupu Maryam yg sering mengunjunginya untuk bermain, mengobrol dengannya di sela-sela waktunya menemani Ayahnya.

Maryam tak mengikuti kelas-kelas pendidikan di Istana Harem yang di ikuti semua oleh putri-putri saudara sepupunya, karna Maryam tak di izinkan satu langkah pun keluar dari Istana timur, jadi guru nya lah yang datang ke Istana timur untuk mengajari Maryam, apalagimenghadiri pesta dan jamuan yang sering di adakan di Istana yang di ikuti oleh seluruh anggota keluarga kerajaan, tak pernah satu kali pun Maryam menghadirinya,  jadi Maryam memang tak banyak memiliki teman, hanya pelayan, Aisyah beghum dan Bibi Nur lah teman setia wanita dalam hidupnya, juga buku-buku bacaan yang setia menemani kesunyiannya.

Namun begitu, Maryam tak pernah menyesali jalan hidupnya, tak pernah sekalipun Maryam mengeluh merengek di depan Ayahnya untuk melanggar ketentuan yg di buat Ayahnya, Ia tak pernah melanggar aturan Ayahnya kecuali latihan berkuda dan berpedang yang memang ia lakukan dg sembunyi-sembunyi dengan Todarmal sedari Ia kecil, dan sampai sekarang hanya itu satu-satunya hal yang Ia langgar.

" Maryam,,,, " Bibi Nur membangunkan lamunan Maryam yg sedang berbaring dalam tenda nya

" Bibi ,, aku tidak menyadari kau masuk"

"Yaa,,,kau tengah melamun, apa yang kau fikirkan "

"Ah,,, tidak Bi,,, aku baru saja membereskan baju dan buku ku, lalu ak berbaring karna merasa lelah,,, "

"Kau banyak membawa buku? "

Maryam hanya mengangguk dan tersenyum

" Ayah sudah beistirahat di dalam tenda? "

"yaa,,, aku baru saja dari tendanya, tadi ayahmu menyuruh Todarmal untuk membuat Api unggun untuk nanti malam, Ayahmu bilang, Ia ingin makan malam di samping perapian,,, "

"Ahhhh,,,, Ayah selalu seperti itu, tak berubah,,, " Maryam bangkit dari pembaringannya dan tersenyum,,, "setiap perjalanan jauh, Ayah tak pernah melewatkannya,,, melakukan perjalanan napak tilas kenangan bersama Ibunda,,, " Pandangan Maryam lurus ke luar tenda, dimana terlihat ada beberapa pengawal dan pelayan yang berlalu lalang di luar tenda.

Bibi Nur duduk di samping Maryam, membelai kain hitam berbahan satin halus menutupi permukaan punggungnya, Maryam terdiam entah sedang memikirkan apa,,, " Maryam,,,kau anak yang baik, kau sangat berbakti pada ayah mu,,, "

Maryam tersenyum parau " Yaa biii,,, karna hanya Aku yang dapat membuat senyum terlukis di wajah Ayah yang semakin menua, walaupun hanya beberapa detik, tapi sudah cukup membuatku bahagia bi,,, " Maryam tak menoleh, tetap memandang lurus ke depan.

"Kau merindukan Ibu mu? " Tanya Bibi Nur hati-hati

"Hampir tidak bi,,, " Maryam menggeleng,,, " Ayah senantiasa menceritakan kenangannya dengan Ibunda, sehingga aku merasa Ibunda ada bersama kami, Namun ada saatnya aku merasa menyesal tak dapat membuat senyum di wajah Ayah lebih lama, mungkin kalau Ibunda masih bersama kita, Aku tak perlu repot-repot menemani Ayah dan mencobanya mencipta senyum di wajah beliau, Jika ada Ibunda, Ayah pasti akan selalu tersenyum,,, " Air bening menggumpal di kelopak mata Maryam yang besar dan indah.

Bibi Nur tak kuasa menatap keponakan kesayangannya yang sudah Ia anggap seperti anaknya sendiri,,, Sejak Bibi Nur mengasuh Maryam menemani Sultan Azzam, Maryam tak pernah sekalipun merepotkan dirinya, Maryam anak yang mandiri, justru Ia selalu menjadi penguat kakaknya Sultan Azzam,,, Maryam tumbuh menjadi gadis yang lebih dewasa dari usianya

"Menangislah Maryam kalau kau ingin menangis,,, " Bibi Nur merengkuh Maryam,,, tapi seperti biasanya Maryam selalu menyimpan tangisnya dalam lorong terdalam dirinya,,,

Entah mengapa??? Maryam tak ingin merepotkan siapapun, itulah yang senantiasa terpatri dalam dirinya, Ia hanya mengusap airmata yang tak tertahan jatuh di pipinya tanpa suara, dan itu yang membuat Bibi Nur semakin sedih dan semakin menyayangi Maryam.

With Love

Putri Wardah